SELAMAT DATANG DI BLOGER RESMI SEKOLAH DASAR NEGERI 5 KEBON AYU GERUNG KAB. LOMBOK BARAT NTB 83363
Tampilkan postingan dengan label selengkapnya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label selengkapnya. Tampilkan semua postingan
PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

“Meningkatkan partisipasi siswa dalam speaking pada pembelajaran Bahasa Inggris melalui Picture Games pada siswa kelas XI MAN 2 Ambon”










HANAFI PELU
197905242002121003

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
BALAI DIKLAT KEAGAMAAN AMBON
2010

PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

“Meningkatkan partisipasi siswa dalam speaking pada pembelajaran Bahasa Inggris melalui Picture Games pada siswa kelas XI MAN 2 Ambon”

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai sekarang pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan adalah fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru (teacher centered) sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar (sudjana 2005). Dominasi guru dalam pembelajaran dengan penekanan pada penguasaan materi (mastery learning) membuat proses pembelajaran menjadi sangat formal. Suasana semacam ini membuat peserta didik menjadi pasif dan gurulah yang semakin aktif, padahal idealnya proses pembelajaran harus melibatkan peserta didik secara aktif. Kenyataan semacam ini membuat proses pembelajaran di kelas menjadi tidak menarik dan membosankan.
Berhadapan dengan kenyataan seperti ini diperlukan sebuah strategi pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa, yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi pembelajaran yang mendorong siswa mengkontruksikan di benak mereka sendiri. Dalam proses belajar, siswa belajar dari pengalaman sendiri, mengkonstruksi pengetahuan kemudian memberi makna pada pengetahuan tersebut. Dengan pembelajaran speaking melalui strategi pembelajaran picture games siswa dapat terlibat secara aktif speaking dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan speaking pada pembelajaran Bahasa Inggris melalui Picture Games pada siswa kelas XI MAN 2 Ambon.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas maka, penulis membatasi penelitian pada masalah bagaimana Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan speaking pada pembelajaran Bahasa Inggris melalui Picture Games pada siswa kelas XI MAN 2 Ambon?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dari tulisan ini adalah, untuk mengetahui partisipasi siswa dalam speaking dengan menggunakan Picture Games pada pembelajaran Bahasa Inggris pada siswa kelas XI MAN 2 Ambon.
D. Kontribusi/Manfaat Penelitian
a. Siswa : Siswa berpartisipasi dalam belajar Bahasa Inggris dengan menggunakan Picture Games.
b. Guru : Dapat menambah wawasan dalam speaking Bahasa Inggris dengan menggunakan Picture Games.
c. Sekolah : Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dengan menambah referensi berBahasa Inggris di perpustakaan.









BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran
Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. (KBBI).
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. (Wikipedia.com)
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
Instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Gagne dan Briggs (1979:3)
Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20). Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction atau “pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan. (Purwadinata, 1967, hal 22). Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa) dan Mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar adalah satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder yang dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara optimal, dan dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha.
1. Belajar
Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang bersifat positif dari tidak tahu menjadi tahu. Sedangkan menurut beberapa ahli mengatakan :
a. Pandangan Skinner tentang belajar
Belajar merupakan suatu prilaku dimana seseorang saat belajar, maka responnya lebih baik, namun sebaliknya apabila tidak belajar maka rensponnya menurun (Damayati dan Mudjiono, 1994 : 8).
b. Pandangan Gagne tentang belajar
Belajar merupakan kegiatan yang kompleks, yang hasil belajarnya merupakan kapabilitas. Setelah belajar seseorang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap, nilai dan kemampuan yang meliputi kondisi eksternal, internal dan hasil belajar (Damayati dan Mudjiono, 1994 : 9).
c. Pandangan Jean Peaget tentang belajar
Belajar merupakan pembentukan pengetahuan oleh individu yang belajar, karena individu tersebut merupakan bagian dari kehidupan yang hidup saling berinteraksi secara terus menerus dengan lingkungan dimana individu tersebut berada (Damayati dan Mudjiono, 1994 : 13).
d. Pandangan Rogers tentang belajar
Pandangan Rogers agak sedikit berbeda dengan yang lain, yaitu Rogers menitik beratkan pendidikan/belajar pada segi pengajaran akan tetapi bukan pada siswa belajar. Hal tersebut menitik beratkan pada peran guru yang dominan dan siswa yang menghafal pelajaran (Damayati dan Mudjiono, 1994 : 15).
Dari beberapa penjelasan dari ahli pendidikan di atas, adapula pendapat para ahli pendidikan yang lainnya, antara lain ; menurut Sofahah Sulistiyawati dengan bukunya yang berjudul “Cara Belajar yang Efisien”, menjelaskan belajar adalah upaya untuk mengerti dan memahami pengetahuan yang dititipkan kepada mereka-mereka yang terlibat dalam proses belajar. Pengertian yang lain dari buku tersebut adalah belajar merupakan suatu usaha mencari ilmu pengetahuan dengan cara mempelajari dari buku-buku, menerima pendidikan dari bangku sekolah atau penelitian-penelitian dan melakukan eksperimental dilaboratorium serta melakukan study pustaka. Jadi belajar merupakan suatu usaha memperoleh ilmu pengetahuan dengan cara membaca, melatih dan mempraktek dari yang tidak tahu menjadi tahu. Dari hasil penjelasan di atas, maka menurut penulis belajar adalah usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang untuk berusaha mencaritahu apa yang belum diketahui untuk menjadi lebih tahu dengan cara membaca, melatih dan mempraktik.
2. Mengajar
Mengajar merupakan suatu pekerjaan yang sangat rumit dikarenakan tidak sekejap menyerap informasi yang disampaikan oleh guru, akan tetapi melibatkan berbagai kegiatan yang harus dilakukan. Tetapi menurut beberapa guru senior dan para ahli yang telah mengabdi sebagai seorang guru, mereka dapat mengatakan bahwa “mengajar adalah seni, kenapa? Karena mengajar merupakan suatu pekerjaan yang sangat amat mulia, dimana dapat mengajar, melatih dan membina anak manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu serta didalam mengajar pula dapat menggunakan berbagai macam variasi, metode dan media sebagai alat proses belajar”.
Dengan demikian apabila belajar mengajar digabungkan menjadi satu kesatuan, maka belajar mengajar mempunyai pengertian, pola umum perbuatan guru dan siswa didalam kelas untuk mencapai tujuan, baik bersifat instruksional maupun pengiring. Dilain sisi belajar mengajar dapat diukur apakah belajar mengajar berhasil atau tidak dapat dilihat interaksi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru terkait dengan pelajaran yang diajarkan.
Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi yang dilakukan antara guru dengan siswa dalam situasi pendidikan atau pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. wujud interaksi pengajaran tersebut dilakukan melalui pendekatan atau metode menghendaki adanya pertimbangan ang kuat atau keunikan dan keragaman siswa. Seorang guru sudah barang tentu dituntut kemampuannya untuk menggunakan berbagai metode mengajar berfariasi. Jadi metode adalah, cara guru menyampaikan model pelaksanaan pembelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.
Suatu metode yang dipilih dan digunakan oleh seorang guru, maka guru tersebut harus siap menerima kelemahan dan keunggulannya, itu merupakan suatu pengajaran yang baik apabila digunakan dengan baik dalam proses belajar mengajar pada setiap kali penyajian bahan pelajaran (Slamet, 1991 : 91). Adapun metode-metode yang akan dilakukan dan digunakan oleh guru adalah, metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, pemberian tugas, demonstrasi, simulasi, eksperimen dan metode inquiri (Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 1998 : 135). Dengan metode-metode di atas, penulis berfikir bahwa tidak semua guru dapat menggunakan semua metode yang ada karena keterbatan waktu yang tersedia.
Menurut J.J. Hasibuan dengan bukunya berjudul “Proses Belajar Mengajar” menjelaskan mengajar merupakan proses penggunaan perangkat ketrampilan secara terpadu dan efisien, dengan demikian komponen-komponen menjadi ilmu pengetahuan, penguasaan teknologi sebagai suatu seni pemilihan nilai (wawasan kependidikan guru) sebagai ketrampilan.
Dengan demikian apabila belajar mengajar digabungkan menjadi satu kesatuan, maka belajar mengajar mempunyai pengertian, pola umum perbuatan guru dan siswa didalam kelas untuk mencapai tujuan, baik bersifat instruksional maupun pengiring. Dilain sisi belajar mengajar dapat diukur apakah belajar mengajar berhasil atau tidak dapat dilihat interaksi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru terkait dengan pelajaran yang diajarkan.
Belajar mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan pengajaran. Belajar mengacu pada apa yang dilakukan oleh siswa, sedangkan mengajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh guru selaku seorang pendidik, pengajar, dan seseorang yang di gugu serta ditiru oleh siswa dalam proses belajar dan mengajar didalam kelas. Kedua kegiatan tersebut merupakan keterpaduan dua unsure dalam suatu keterpihakan hubungan timbal balik atau sering disebut proses interaksi antar siswa-siswa, siswa dan guru pada saat kegiatan proses belajar mengajar berlangsung (Nana Sudjana, 1996 : 8). Kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh seorang guru sangat mempengaruhi belajar siswa, apabila seorang guru mengajar dengan metode menyajikan materi, maka siswa akan belajar dengan cara menerima. Dengan demikian seorang guru apabila hanya mengajar dengan metode penyajian, maka guru yang sangat aktif sedangkan siswa kurang berperan aktif, karena guru tersebut memonopoli seluruh kegiatan pembelajaran tanpa memberikan keluasan dan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif.
Pembelajaran aktif dan efektif juga akan melatih dan menanamkan sikap demokratis unutk siswa, lebih dari itu juga pembelajaran efektif akan menekankan siswa mampu belajar. Melalui kreatifitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru, maka kelas akan menjadi aktif dan menyenangkan, maka dengan hal tersebut perwujudan dari pembelajaran aktif dan efektif akan memberikan kesempatan hidup kepada siswa untuk meningkatkan kecakapan hidup (life skill) siswa sesuai dengan perkembangan jaman (E. Mulyasa, 2002 : 149).
Dalam kenyataannya kebanyakan proses belajar mengajar masih dilakukan secara klasikal, walaupun diketahui ada perbedaan individual dan bahan ajar masih bersifat seragam bagi seluruh siswa dan diharapkan semua siswa untuk belajar dengan kecepatan yang sama. Sedangkan dalam pembelajaran klasikal siswa yang lambat dan cepat tidak dapat disamakan dan mendapatkan perhatian yang sama. Selain itu juga cara mengajar guru dapat mempengaruhi ciri dan karakteristik siswa dalam belajar. Oleh sebab itu kebanyakan siswa mengalami kegagalan dan kurang berhasil karna enggan belajar, benci terhadap pelajaran dan bosan terhadap pelajaran sehingga siswa merasa kesekolah karena keterpaksaan dan berefek negative (Nasution, M. A, 2003 : 23).
Salah satu jalan yang baik dalam proses belajar mengajar adalah guru memberikan pelayanan yang baik terhadap siswa yang sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional. Dalam dunia Pendidikan, seorang guru harus mampu mempengauhi siswa dari berbagai aspek kehidupan, baik itu social, budaya maupun ekonomi. Dalam kehidupan dunia pendidikan seorang guru harus bias bertanggung jawab terhadap hasil belajar anak sebagai siswa (Oemar Hamalik : 33).
B. Speaking
I. Pengertian Speaking
Speaking adalah : Kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekpresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan, suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak, proses individu berkomunikasi dengan lingkungan masyarakat untuk menyatakan diri sebagai anggota masyarakat, ekspresi kreatif yang dapat memanifestasikan kepribadiannya yang tidak sekedar alat mengkomunikasikan ide belaka, tetapi juga alat utama untuk menciptakan dan memformulasikan ide baru, tingkah laku yang dipelajari di Iingkungan keluarga, tetangga, dan lingkungan lainnya disekitar tempatnya hidup sebelum masuk sekolah.

II. Unsur Dasar Speaking
Di dalam kegiatan speaking terdapat lima unsur yang terlibat yaitu:
a. Pembicara
b. Isi pembicaraan
c. Saluran
d. Penyimak, dan
e. Tanggapan penyimak
Terdapat pula delapan konsep dasar speaking,yaitu: membutuhkan paling sedikit dua orang, tentu saja pembicaraan dapat dilakukan oleh satu orang dan hal ini sering terjadi misalnya oleh orang yang sedang mempelajari banyak bunyi-bunyi bahasa serta maknanya atau oleh seseorang yang meninjau kembali peryataan bank-nya atau oleh orang yang memukul ibu jarinya dengan palu. Menggunakan salah satu sandi linguistic yang dipahami bersama, bahkan andai katapun dipergunakan dua bahasa namun sating pengertian, pemahaman bersama itu tidak kurang pentingnya. Menerima atau mengakui satu daerah referensi umum, daerah referensi yang umum mungkin tidak selalu mudah kenal, ditentukan, namun pembicara menerima kecenderungan untuk menentukan satu diantaranya.
Merupakan suatu pertukaran antara partisipan, kedua pihak partisipan yang memberi dan menerima dalam pembicaraan sating bertukar sebagai pembicara dan penyimak. Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan Iingkungan dengan segera. Prilaku lisan sang pembicara selalu berhubungan dengan responsi yang nyata atau yang diharapkan, dan sang penyimak dan sebaliknya. Jadi hubungan itu bersifat timbal balik antara dua arah. Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini. Hanya dengan bantuan berkas grafik material, bahasan dapat luput dan kekirian kesegaran bahwa pita atau berkas itu telah mungkin berbuat demikian, tentu saja merupakan salah satu kenyataan keunggulan budaya manusia. Hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang dengan suara atau bunyi bahasa dan pendengar. Walaupun kegiatan-kegiatan dalam pita audio atau lingual dapat melepaskan gerak visual dan gerak material namun sebaliknya tidak akan terjadi terkecuali pantornim atau gambar, takan ada pada gerakan dan grafik itu yang tidak berdasar dan dan bergantung pada audio lingual dapat speaking terus menerus dengan orang-orang yang tidak kita lihat, dirumah, ditempat bekerja dan dengan telpon percakapan percakapan seperti ini merupakan pembicaraan yang khas dalam bentuknya yang paling asli.

C. Picture Games
Teori permainan pertama kali ditemukan oleh sekelompok ahli Matematika pada tahun 1944. Teori itu dikemukakan oleh John von Neumann and Oskar Morgenstern yang berisi; “Permainan terdiri atas sekumpulan peraturan yang membangun situasi bersaing dari dua sampai beberapa orang atau kelompok dengan memilih strategi yang dibangun untuk memaksimalkan kemenangan sendiri ataupun untuk meminimalkan kemenangan lawan. Peraturan-peraturan menentukan kemungkinan tindakan untuk setiap pemain, sejumlah keterangan diterima setiap pemain sebagai kemajuan bermain, dan sejumlah kemenangan atau kekalahan dalam berbagai situasi.”
( J. Von Neumann and O. Morgenstern, Theory of Games and Economic Behavior (3d ed. 1953)).
Teori permainan adalah suatu cara belajar yang digunakan dalam menganalisa interaksi antara sejumlah pemain maupun perorangan yang menunjukkan strategi-strategi yang rasional.
Menurut Agustinus Nilwan dalam bukunya “Pemrograman Animasi dan Game Profesional” terbitan Elex Media Komputindo, game merupakan permainan komputer yang dibuat dengan teknik dan metode animasi. Jika ingin mendalami pengunaan animasi haruslah memahami pembuatan game. Atau jika ingin membuat game, maka haruslah memahami teknik dan metode animasi, sebab keduanya saling berkaitan.
D. Hipotesis Tindakan
Dari uraian tentang pembelajaran, speaking dan games yang pada dasarnya akan merujuk pada siswa yang berpartisipasi dalam speaking pada pembelajaran bahasa Inggris dengan menggunakan Picture Games. Motivasi siswa akan terbangun jika pembelajaran yang dirancang dengan menggunakan Pictures Games yang deterapkan, dan membuat siswa berpartisipasi aktif speaking dalam pembelajaran bahasa Inggris. Berdasakan uraian tersebut maka diajukan hipotesis tindakan yaitu melalui pembelajaran speaking dalam bahasa Inngris dengan menggunakan Picture Games partisipasi belajar siswa akan meningkat.





BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. SETTING
Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dilaksanakan di kelas XI. MAN 2 Ambon yang berlokasi di Jalan Raya Tulehu, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah. .
B. SASARAN
Variabel yang menjadi sasaran dalam rangka PTK adalah proses speaking dalam pembelajaran bahasa Inggris dengan menggunakan Picture Games. Di samping variable tersebut masih ada beberapa variabel yang lain yaitu :
1. Input: sarana pembelajaran, lingkungan belajar, bahan ajar, guru, siswa, prosedur evaluasi dsb.
2. Proses KBM: Interaksi belajar, gaya guru mengajar, implementasi penggunaan Picture Games.
3. Out put : Partisipasi belajar siswa yang meningkat dalam speaking bahasa Inggris dengan menggunakan Picture Games.
C. Rencana Tindakan
Penelitian Tindakan Kelas ini dimaksudkan untuk mengetahui partisipasi siswa dalam belajar speaking dengan menggunakan Picture Games. Fokusnya adalah siswa kelas XI MAN 2 Ambon.



DAFTAR PUSTAKA


Karya Tulis UPKP III


KARYA TULIS UJIAN PENYESUAIAN KENAIKAN PANGKAT
(UPKP) TINGKAT III


RENCANA KERJA
PENINGKATAN PELAKSANAAN TUGAS MENGAJAR DENGAN PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA SEKOLAH DASAR NEGERI 4 KEBON AYU
KEC. GERUNG KAB. LOMBOK BARAT



 











OLEH :

RUSMIATI, S.Pd.
NIP. 19681231 200501 2 006


DIAJUKAN UNTUK PERSYARATAN UJIAN PENYESUAIAN KENAIKAN PANGKAT TINGKAT III TAHUN 2011




KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
KABUPATEN LOMBOK BARAT
TAHUN 2011

HALAMAN PENGESAHAN

Dengan ini dinyatakan bahwa karya tulis yang disusun oleh RUSMIATI, S.Pd. NIP. 19681231 200501 2 006, untuk ujian penyesuaian kenaikan pangkat (UPKP) tingkat III tahun 2011.
Dengan judul : RENCANA KERJA PENINGKATAN PELAKSANAAN TUGAS MENGAJAR DENGAN PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA  SDN 4 KEBON AYU KEC. GERUNG KAB. LOMBOK BARAT.
Disahkan dan dapat ddipergunakan sebagai persyaratan ujian penyesuaian kenaikan pangkat (UPKP) tingkat III yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia Tahun 2011 .

               Lombok Barat,   Januari 2011
   Kepala Kantor Kementerian Agama
                                                               Kabupaten Lombok Barat


   Drs. H. MUSLIM, M.Ag
   NIP. 19631231 199203 1 006







KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah mencurahkan kasih sayang-Nya kepada setiap makhluk dan umat manusia, yang senantiasa bersyukur atas segala kemudahan, kenikmatan serta anugerah-Nya.
Sholawat dan salam senantiasa tersanjungkan ke hadirat beliau Rasulullah SAW yang merupakan uswatun khasanah, pembawa risalah menuju keesaan Allah. Semoga teladan beliau senantiasa memberi lentera bening menyibak qalbu, mengharap ridlo-Nya.
Penulis menyadari sepenuh hati, bahwa karya tulis yang sangat singkat ini tentunya terdapat banyak sekali kekurangan. Namun besar harapan tulisan ini dapat memenuhi syarat ujian penyesuaian kenaikan pangkat (UPKP) tingkat III, sehingga penulis dapat menyesuaikan pangkat dari golongan II ke golongan III.
Akhirnya penulis hanya dapat memanjatkan doa kepada Allah SWT. Mudah-mudahan karya tulis ini bermanfaat bagi perbaikan pembelajaran PAI di Sekolah Dasar. Amin.
Lombok Barat,    Januari 2011
Penulis,

RUSMIATI, S.Pd.
NIP. 19681231 200501 2 006


DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................      
KATA PENGANTAR ...............................................................................      
DAFTAR ISI ..............................................................................................      
BAB  I  PENDAHULUAN
A.         Latar Belakang .......................................................................       
B.         Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Kerja.....................................        
C.         Identifikasi Masalah.................................................................        
D.         Rumusan Masalah  ..................................................................       
E.          Pokok Masalah ......................................................................       
F.          Krangka Berfikir......................................................................      
G.         Sistematika Penulisan ..............................................................       
BAB II  FAKTA DAN MASALAH
A.     Keadaan Sekarang....................................................................        
B.     Keadaan Yang Diinginkan..........................................................        
BAB III        PEMBAHASAN
A.         Analisis ...................................................................................        
B.         Pemecahan Masalah ...............................................................        
BAB IV PENUTUP
              A. Kesimpulan ................................................................................        
              B. Saran .........................................................................................        
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Menurut paradigma behavioristik, belajar merupakan transmisi pengetahuan dari expert ke novice. Berdasarkan konsep ini, peran guru adalah menyediakan dan menuangkan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Guru mempersepsi diri berhasil dalam pekerjaannnya apabila dia dapat menuangkan pengetahuan sebanyak-banyaknya kepada siswa. Siswa dipersepsi berhasil apabila mereka tunduk menerima pengetahuan yang dituangkan guru kepada mereka. Praktek pendidikan yang berorientasi pada persepsi semacam itu adalah bersifat induktrinasi, sehingga akan berdampak pada penjinakan kognitif para siswa, menghalangi perkembangan kreativitas siswa, dan memenggal peluang siswa untuk mencapai higher order thinking.
Berdasarkan paradigma konstruktivisme tentang belajar tersebut, maka prinsip mediated instruction menempati posisi cukup strategis dalam rangka mewujudkan ivent belajar secara optimal. Ivent belajar yang optimal merupakan salah satu indikator untuk mewujudkan hasil belajar peserta didik yang optimal pula. Hasil belajar yang optimal juga merupakan salah satu cerminan hasil pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas memerlukan sumber daya guru yang mampu dan siap berperan secara profesional dalam lingkungan sekolah dan masyarakat.
Dalam era perkembangan Iptek yang begitu pesat dewasa ini, profesionalisme guru tidak cukup hanya dengan kemampuan membelajarkan siswa, tetapi juga harus mampu mengelola informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa. Konsep lingkungan meliputi tempat belajar, metode, media, sistem penilaian, serta sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mengemas pembelajaran dan mengatur bimbingan belajar sehingga memudahkan siswa belajar. Media menyajikan banyak pengalaman yang menarik, bahkan pengalaman akan dunia di luar sekolah. Walaupun demikian, hasil yang didapat sangat dipengaruhi oleh penggunaan media dengan benar, tepat, dan terseleksi.
Banyak guru tidak memanfaatkan media audio-visual karena dianggap mahal atau tidak tahu cara pemanfaatannya dalam pembelajaran. Seperti kata pepatah “ala bisa karena biasa” memang terjadi dalam pemanfaatan media. Banyak guru tidak bisa karena tidak diajari atau tidak mau belajar sendiri untuk menggunakannya, serta tidak mau mencoba. Suatu sikap yang harus diterapkan dikalangan guru adalah mencoba belajar menggunakannya. Guru akan langsung merasakan manfaatnya setelah mencoba.
Media dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran baik secara klasikal maupun individual. Dalam pembelajaran klasikal, media menjadi bagian integral dari proses pembelajaran itu sendiri. Melalui penggunaan media, siswa dapat terlibat langsung dengan materi yang sedang dipelajari. Misalnya, penggunaan media realia atau benda nyata akan memberikan pengalaman belajar (learning experiences) yang sesungguhnya kepada siswa. Siswa dapat menyentuh dan mengobservasi benda tersebut dan memperoleh informasi yang diperlukan. Dalam mata pelajaran IPA, contoh benda nyata adalah flora dan fauna yang dapat diobservasi secara langsung oleh siswa.
Media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.
Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
  1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
  2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
  3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
  4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan
  5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
  6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
  7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
8.      Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak
Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya:
  1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
  2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
  3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.

B.     Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Kerja
Sekolah Negeri bertugas melaksanakan Pendidikan Nasional berdasarkan Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dengan kurikulum yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan dengan tetap mengindahkan ciri khas sekolah yang bersangkutan.
Untuk melaksanakan tugas tersebut sekolah mempunyai beberapa fungsi diantaranya :
1.      Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran
2.      Melaksanakan Pengelolaan  Administrsi Sekolah
3.      Melaksanakan Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan
4.      Melaksanakan Pengelolaan Sarana dan Prasarana
5.      Melaksanakan hubungan dengan masyarakat
(Dirjen Bimbagais, 1999 : 114)
C.     Identifikasi Masalah
1.      Guru kesulitan menggunakan media pembelajaran pada saat proses pembelajaran
2.      Guru kurang bisa memanfaatkan media pembelajaran yang ada secara maksimal
3.      Guru kurang memahami tentang konsep dasar dan kriteria media yang digunakan dalam pembelajaran
D.    Rumusan Masalah
Dari pernyataan  di atas maka, maka penulis  dapat merumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1.            Bagaimana proses pembelajaran yang ada di Sekolah Dasar Negeri 4 Kebon Ayu dalam pemanfaatn media belajar ?
2.            Bagaimana efektifitas pembelajar dengan menggunakan media belajar di Sekolah Dasar Negeri 4 Kebon Ayu ?
E.     Pokok Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis dapat merumuskan beberapa pokok permasalahan yaitu :
1.            Analisa kegiatan pembelajaran di SDN 4 Kebon Ayu Kec. Gerung
2.            Efektivitas penggunaan media/alat peraga dalam kegiatan proses belajar mengajar di SDN 4 Kebon Ayu Kec. Gerung.
F.      Kerangka Berfikir
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka penulis menuangkan beberapa kerangka berfikir diantaranya :
  1. Pola Induktif
  2. Pola Deduktif
Dalam analisa data menggunakan metode dokumentasi. Sedangkan data dianalisis dengan prinsip deskriptif.
G.          Sistematika Penulisan
Dalam pembahasan karya tulis ini penulis menerapkan sistematika sebagai berikut :
BAB I              Pendahuluan
               Bab ini berisi latar belakang masalah, tugas pokok dan fungsi satuan kerja, identifikasi masalah, rumusan masalah, pokok permasalahan, kerangka berfikir dan diakhiri dengan sistematika penulisan.
BAB II             Fakta dan Masalah
                        Pada bab ini dikemukakan keadaan sekarang  tentang proses kegiatan belajar mengajar yang ada  di SDN 4 Kebon Ayu Kec. Gerung Kab. Lombok Barat dan keadaan yang diinginkan.
BAB III            Pembahasan
Sebagai bab inti, pada bab ketiga ini dijabarkan tentang analisis penelitian dan pemecahan masalah, sebagai upaya mengatasi permasalahan.
BAB IV           Penutup
                        Sebagai penutup bab ini meliputi kesimpulan dan saran. Adapun bagian akhir dari karya tulis ini adalah daftar pustaka.



BAB II
FAKTA DAN MASALAH

A.     Keadaan Sekarang
Sekolah Negeri mempunyai beberapa fungsi yang salah satu diantaranya melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dimandatkan pada pendidik yang bertugas di sekolah tersebut. Tenaga pendidik yang berperan di SDN 4 Kebon Ayu saat ini rata–rata mempunyai latar belakang pendidikan yang sesuai dengan fungsi dan tugas sebagai tenaga pengajar. Hal yang mendasar di SDN 4 Kebon Ayu bahwa guru yang mengajar merupakan guru kelas yang mengampu beberapa mata pelajaran yang berbeda. Hal ini sangat berpengaruh terhadap hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
 Paradigma yang terjadi banyak guru di SDN 4 Kebon Ayu belum memanfaatkan media dalam proses belajar mengajar. Faktor yang mendasar dalam permasalahan ini adalah kurang dipahaminya tentang konsep dasar dan kriteria media yang digunakan dalam pembelajaran. Animo guru media pembelajaran merupakan barang mahal dan berbentuk elektronik  dan serba menggunakan peralatan komputer.
Guru masih banyak melakukan pembelajaran secara klasikal , artinya guru memeperlakukan siswa sama rata dalam proses pembelajaran. Permasalahan ini sangat mempengaruhi daya serap dan potensi peserta didik. Konsep yang diterapkan dalam pembelajaran masih mengacu pada aktifitas guru mendominasi peran dalam kelas. Siswa lebih banyak pasif dan menjadi obyek yang direprensatifkan sesuai pola guru.
B.     Keadaan Yang Diinginkan
Dalam Standar Nasional Pendidikan yang menjelaskan tentang standar dan prasarana adalah Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat olahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, yang diperlukan dalam menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Berdasarkan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, ditegaskan bahwa standar keragaman jenis peralatan laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan peralatan pembelajaran lain pada satuan pendidikan dinyatakan dalam daftar yang berisi jenis minimal peralatan dalam rasio minimal jumlah per peserta didik.
Posisi media pembelajaran dalam  proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran.Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran.
Tiga kelebihan kemampuan media  adalah sebagai berikut:
  1. Kemapuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya.
  2. Kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya.
  3. Kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau Radio.
Hambatan-hambatan komunikasi dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut. Pertama, verbalisme, artrinya siswa dapat menyebutkan kata tetapi tidak mengetahui artinya. Hal ini terjadi karena biasanya guru mengajar hanya dengan penjelasan lisan (ceramah), siswa cenderung hanya menirukan apa yang dikatakan guru. Kedua, salah tafsir, artinya dengan istilah atau kata yang sama diartikan berbeda oleh siswa. Hal ini terjadi karena biasanya guru hanya menjelaskan secara lisan dengan tanpa menggunakan media pembelajaran yang lain, misalnya gambar, bagan, model, dan sebagainya. Ketiga, perhatian tidak berpusat, hal ini dapat terjadi karena beberapa hal antara lain, gangguan fisik, ada hal lain yang lebih menarik mempengaruhi perhatian siswa, siswa melamun, cara mengajar guru membosankan, cara menyajikan bahan pelajaran tanpa variasi, kurang adanya pengawasan dan bimbingan guru. Keempat, tidak terjadinya pemahaman, artinya kurang memiliki kebermaknaan logis dan psikologis. Apa yang diamati atau dilihat, dialami secara terpisah. Tidak terjadi proses berpikir yang logis mulai dari kesadaran hingga timbulnya konsep.






BAB III
PEMBAHASAN

A.     Analisis
Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 4 Kebon Ayu Kec. Gerung Kab. Lombok Barat dengan jumlah keseluruhan 114 siswa dan 11 orang tenaga pendidik dan kependidikan. Sampel yang digunakan adalah tenaga pendidik  dan Kependidikan dengan rincian sebagai berikut :
No
Nama
Tugas
1
I Made Niase, S.Pd
Kepala Sekolah
2
I Wayan Dana
Guru Kelas III
3
Rusmiati, S.Pd
Guru Kelas I + PAI
4
Muslihul Amyad, S.Pd
Guru Kelas VI
5
Syamsukriadi, A.Ma.
Guru Kelas V
6
Ahmad Fataruddin, A.Ma
Guru MP. IPS
7
Fatimah, A.Ma.
Guru Kelas IV
8
Zuherni, A.Ma
Guru Kelas II
10
Moh. Yusuf
Guru Penjas Orkes
11
Lalu Agus
Penjaga Sekolah

Sedangkan untuk sampel hasil pembelajaran dengan pemanfaatan media sesuai analisa penulis diambil dari siswa yang berjumlah 114 dengan rincian sebagai berikut :
No
Kelas
Jumlah
1
I
22
2
II
17
3
III
18
4
IV
20
5
V
19
6
VI
16
Jumlah
114

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi. Dokumentasi adalah benda tertulis atau tidak tertulis yang memberi keterangan (Imam Barnadib, 1982 : 55). Metode ini diterapkan dalam memperoleh data penelitian dalam bentuk tabel tentang nilai siswa. Data yang terkumpul dalam penelitian ini  dianalisis deskriptif untuk keperluan deskripsi dan hasil penelitian. Peningkatan hasil belajar dengan menggunakan alat peraga (media pembelajaran) yang lengkap diharapkan semakin meningkatkan mutu pembelajaran dan prestasi belajar.
Data hasil penelitian yang berupa tes prestasi belajar menggunakan media pembelajaran yang dilakukan guru dapat dibedakan sebagai berikut :
1.            Prestasi belajar dengan media lengkap diperoleh skor tertinggi 100 dan terendah 45, rata-rata (X) : 75,7.
2.            Prestasi belajar dengan media cukup diperoleh skor tertinggi 90 dan terendah 15, rata-rata (X) : 69.
3.            Prestasi belajar dengan media kurang diperoleh skor tertinggi 80 dan terendah 10, rata-rata (X) : 64,8.
Data prestasi siswa SDN 4 Kebon Ayu dalam proses pembelajaran dikelas dengan klasifikasi rata - rata seperti tertera pada tabel berikut :

Kls

No
Prestasi Siswa
Rata-rata I – IV
Media
Lengkap
Rata-
Rata
Media
Cukup
Rata-
Rata
Media
Kurang
Rata-
Rata
Media
Lengkap
Media
Cukup
Media
Kurang




III
1
50




72,8
45




67,8
45




63,5














75,7














69














64,9
2
70
70
65
3
65
60
60
4
80
70
65
5
75
70
65
6
85
80
75
7
85
80
70




IV
8
50




70
50




61,4
45




58,5
9
80
75
70
10
80
70
65
11
60
60
60
12
90
80
75
13
90
85
80
14
40
15
10




V
15
60




70
60




65
60




61,4
16
70
65
60
17
80
75
70
18
80
70
65
19
75
70
65
20
65
65
60
21
60
55
50




VI
22
90




90
80




82,1
70




76,4
23
90
80
75
24
70
70
70
25
90
85
80
26
100
90
85
27
90
80
75
28
100
90
80

B. Pemecahan Masalah
Dalam penelitian ini dikemukakan bahwa pembelajaran di SDN 4 Kebon Ayu Kec. Gerung Kab. Lombok Barat terdapat perbedaan yang signifikan antara pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran kurang, cukup dan lengkap ditinjau dari prestasi rata-rata kelas maupun secara keseluruhan dari Kelas III sampai dengan  Kelas VI.
Sejalan dengan hal tersebut, pada prinsipnya penggunaan media pembelajaran harus disediakan oleh lembaga pendidikan. Karena ternyata terdapat perbedaan prestasi yang mencolok pada proses pembelajaran PAI yang menggunakan media pembelajaran lengkap dengan tidak lengkap. Selain itu kegiatan pembelajaran jika hanya dengan metode ceramah, tanya jawab dan resitasi (mengerjakan Lembar Kerja Siswa/ LKS) kurang menarik perhatian siswa.
Perlengkapan media pembelajaran dimaksudkan untuk meningkatkan prestasi belajar, membangkitkan semangat, melatih berfikir ilmiah dan menumbuhkan kreatifitas. Kreatifitas siswa merupakan bagian dari kepribadian siswa, dari sini akan muncul unsur-unsur pembelajaran dengan karateristik berfikir logis sehingga tujuan akan tercapai.
Sedangkan rencana kerja peningkatan pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SDN 4 Kebon Ayu Kec. Gerung adalah sebagai berikut :
1.      Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar bidang yang akan diajarkan dengan materi yang sudah tertuang dalam kurikulum.
2.      Mengidentifikasi materi pokok yang menunjang pencapaian kompetensi.
3.      Mengembangkan kegiatan pembelajaran dengan merencanakan teknik pembelajaran yang tepat untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, lingkungan dan sumber belajar.
4.      Merumuskan indikator pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur dan mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Indikator dikembangkan untuk menanamkan budaya ilmiah dengan penekanan pada sikap ingin tahu, bertanya dan bekerjasama. Pengetahuan tentang Oengetahuan Agama dikembangkan mempertimbangkan kemampuan berfikir siswa. Sedangkan ketrampilan harus mengacu pada penentuan kemampuan praktek dengan demonstrasi, mencoba terbimbing dan mencoba mandiri.
5.      Menentukan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar dengan didasarkan minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran PAI per minggu.
6.      Menentukan sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran, yang berupa peralatan praktikum, media audio visual, nara sumber, obyek nyata dan lain sebagainya. Dalam menentukan sumber belajar senantiasa mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok, kegiatan belajar mengajar (KBM) dan indikator.
7.      Melaksanakan pembelajaran di kelas dengan berbagai metode dan menggunakan media yang tepat, sehingga diharapkan siswa dapat mengerti, memahami selanjutnya dapat menerapkan pada media tersebut yang pada akhirnya siswa dapat menerapkan dalam kehidupan nyata secara ilmiah.








BAB IV
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Dari bahasan dan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
  1. Media belajar dalam pendidikan difokuskan kepada tujuan pendidikan, yaitu perkembangan yang optimal bagi setiap individu sesuai dengan kemampuannya agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
  2. Digunakannya media pembelajaran pada proses kegiatan pembelajaran agar siswa lebih mudah memahami dan mengerti pelajaran yang diberikan sehingga akan memperoleh hasil yang memuaskan.
  3. Untuk memperlancar penggunaan media dalam proses kegiatan pembelajaran ini guru harus :
a.       Merencanakan pembelajaran  secara sistematis.
b.      Mengelola pembelajaran yang efektif dan kreatif.
c.       Memanfaatkan dan menyiapkan sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran.
B.     Saran
Berdasarkan penelitian tersebut dikemukakan saran-saran sebagai berikut :
  1. Dalam rangka meningkatkan kualitas program pembelajaran, hendaknya pihak pengelola sekolah sepakat untuk menyediakan media yang standar untuk keberhasilan pendidikan.
  2. Pihak pengelola sekolah (SDN 4 Kebon Ayu) berkenan bekerjasama dengan wali murid dan komite sekolah agar membantu dalam kelancaran penyediaan sarana dan prasarana.
  3. Mengingat pentingnya peranan media pembelajaran di SDN 4 Kebon Ayu maka perlu diperhatikan sebagai berikut :
a.       Perlengkapan sarana dan prasarana pembelajaran di adakan
b.      Kualitas pengajar dan  sumber daya manusia (SDM) dari pengajarnya perlu ditingkatkan.











DAFTAR PUSTAKA

Arif S. Sardiman, 1970. Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatan Media. CV Rajawali, Jakarta.

DM. Sukarno, 2005. Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. CV Mini Jaya Abadi, Jakarta.

Imam Barnadib, 1968. Pengantar Ilmu Pendidikan Perbandingan. FIKIP, Yogyakarta.

__________, 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta.
__________, 1999. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Pendidikan Nasional, Jakarta.

W.J.S. Purwodarminto, 1989. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.