SELAMAT DATANG DI BLOGER RESMI SEKOLAH DASAR NEGERI 5 KEBON AYU GERUNG KAB. LOMBOK BARAT NTB 83363

Info Sertifikasi 2013 Lombok Barat



Ini kabar gembira buat rekan-rekan guru khususnya yang belum memiliki sertifikat pendidik dan layak sebagai calon peserta sergur, karena dalam bulan oktober sampai desember tahun 2012 sedang persiapan untuk perekrutan calon peserta sertifikasi guru untuk kuota tahun 2013.
Dari hasil rapat koordinasi yang berlangsung di surabaya pada bulan september untuk rayon indonesia timur telah di sampaikan teknis pelaksanaan perekrutan calon peserta sergur untuk kuota tahun 2013,
adapun syarat-syaratnya adalah :
1. Guru dengan status PNS atau guru non PNS pada sekolah yayasan dengan status sebagai Guru Tetap Yayasan (GTY) yang di buktikan dengan SK Pengangkatan oleh yayasan
2. Guru Non PNS sekolah negeri harus memiliki SK pengangkatan dari Bupati/Walikota
3. Guru dalam binaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
4. Memiliki pendidikan terakhir S1 dengan masa kerja minimal 5 tahun
5. Guru dengan pendidikan terakhir non S1 tetapi memiliki Usia 50 tahun dengan masa kerja 20 tahun atau memiliki pangkat golongan IV/a
6. Guru yang tidak lulus UKA 2012 boleh mengikuti sergu untuk kuota tahun 2013
7. Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas sesuai dengan PP74 Tahun 2008 tentang guru (1 Desember 2008)
8. Memiliki usia setinggi-tingginya 50 tahun saat di angkat sebagai pengawas
9. Sudah menjadi guru pada suatu satuan pendidikan (PNS atau Non PNS) pada saat UU no 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen di tetapkan tanggal 30 Desember 2005
10. Pada tanggal 01 Januari 2013 belum berusia 60 tahun
Itu adalah syarat persyaratan yang harus terpenuhi oleh calon peserta sergur kuota tahun 2013, TAPI harap bersabar dulu karena kuota belum di dapatkan.
Semua ini kami publish hanya untuk persiapan saja khususnya untuk persiapan Update data terbaru dari Guru yang merasa layak sebagai calon peserta sergur kuota 2013.
Jadi kepada semua guru yang merasa layak dan belum bersertifikat di siapkan saja berkas-berkas pendukungnya yaitu :
1. SK Pengangkatan pertama kali sebagai guru sampai terakhir yang di leges oleh atasan langsung
2. SK CPNS, SK PNS yang di leges pejabat yang berwenang
3. SK sebagai GTY yang di leges oleh Ketua yayasan
4. Ijazah terakhir yang di leges oleh perguruan tinggi yang mengeluarkan ijazah
5. SK pembagian tugas terakhir yang menunjukkan bahwa guru tersebut mendapatkan jam mengajar 24 jam
6. SK Pengangkatan sebagai pengawas yang di leges oleh pejabat yang berwenang
7. Foto copy NUPTK yang di leges di LPMP atau Dinas Kabupaten/Kota oleh operator NUPTK
Semua berkas-berkas itu setelah siap di jilid rapi sebanyak 3 eksemplar, satu untuk persiapan update data, satu untuk persiapan verifikasi, dan satunya lagi untuk arsip diri sendiri.
Di jilidnya pake warna sesuai jenjang ya : TK warna Putih, SD Warna Kuning, SMP warna Hijau, SMA warna Biru, SMK warna merah, SLB warna coklat dan pengawas menggunakan warna ungu warna-sampul ne dapat berubah sewaktu-waktu sampai turun surat resminya...saran saya jangan di jilid dulu dah berkasnya ya........
Jangan lupa juga lho untuk persiapan verifikasi data nantinya harus di siepin pas foto ukuran 3x4 cm fotonya yang terbaru ya atau foto 6 bulan terakhir jangan pake foto yang polaroid...
Oke itu aja dulu informasinya sambil menunggu informasi via Surat resmi silahkan aja di siepin berkas-berkasnya n disimpen di rumah ya jangan sampai hilang biar gak tergesa-gesa nantinya waktu ada permintaan melalui surat resmi.....
Untuk info selanjutnya sabar menunggu ya,.....

Aksara Sasak oleh Suherman, S.Pd.I.

Mungkin kita anak-anak muda generasi2 modern sasak ada yang tidak tahu tentang aksara sasak tapi hampir sepertinya tau karna telah masuk pada materi muatan lokal di sekolah-sekolah dasar sampai menegah atas. Sedikit mengulas lagi tentang aksara sasak dan melihat beberapa perbedaan dengan aksara Jawa.
Aksara
Berdasarkan asal usul-usul serta pemakaian naskah di dalam naskah lontar baik berbahasa Sasak maupun berbahasa jawa (Kawi), aksara Jejawan/aksara Sasak dibedakan atas tiga kelompok yaitu :
Aksara Carakan ( Sasak; Aksara Baluq Olas )
Aksara Swalalita
Aksara Rekan
Aksara Carakan
Asal usul aksara Jejawan/sasak adalah dari Aksara Jawa, dari segi pelafalan berjumlah 20 buah dengan urutan : ha , na , ca , ra , ka ,da , ta ,sa , wa , la , pa , dha , ja , ya , nya , ma , ga , ba , tha , nga.
Yang diserap ke dalam aksara Jejawan/Sasak hanya 18 buah dan disebut aksara Baluq Olas dengan tata urutan sebagai berikut :


Aksara Swalalita
Yaitu aksara yang dipakai untuk tulis menulis dalam naskah-naskah lontar Sasak baik naskah berbahasa Sasak maupun berbahasa Jawa (Kawi). Aksara Swalalita terdiri atas :
Huruf Vokal ( Aksara Swara )
Huruf Konsonan ( Aksara Wyanjana )
Contoh aksara sawara :


Aksara Swara ini digunakan bila ia berdiri di depan serta menyatakan nama diri, nama tempat, nama haria dll. Aksara Swara ini juga berkedudukan sebagai Aksara Murdha, yang jika dialih aksarakan ke huruf latin-indonesia menjadi huruf Kapital, kecuali le. Contoh :


Aksara Swara : i , u , e , o , dan e, apabila melekat pada aksara Wyanjana maka aksara Swara berubah menjadi sandarangan bunyi dengan bentuk-bentuk tertentu serta penempatannya ada di atas, di bawah, di depan atau di belakang, seperti berikut :


Aksara Wyanjana : h, r , ng berada pada akhir suku kata, berubah menjadi sandangan bunyi dan berfungsi untuk mematikan suku. Sedangkan ” ra ” dan ” re ” untuk menghidupkan suku.


Aksara Carakan ( aksra baluq olas ) secara lahiriah telah mengandung bunyi vocal ” a ” , serta merupakan satu suku. Apabila belum mengandung bunyi vocal ” a ” ( h, n, c dst. Bukan ha, na, ca dst.) disebut Aksra Legena.




Dari tabel aksra Wyanjana di atas jelaslah dapat di ketahui pemakaian aksara Wyanjana pada naskah lontar sasak yang berbahasa Kawi dengan naskah lontar yang berbahasa Sasak.
Keterangan tambahan :
KANTYA adalah suara vocal atau konsonan yang dihasilkan dengan mendekatkan lidah kepada guttur (kantha) yaitu bagian langit-langit dekat kerongkongan. Terdiri atas : a, ka, kha, ga, gha, nga.
TALAWYA adalah suara vocal atau konsonan yang dihasilkan dengan mendekatkan lidah kepada palatum (talu) yaitu langit-langit lembut. Terdiri atas : i, ca, cha, ja, nya,.Talawya juga disebut Aksara Kalpaprana yaitu aksara yang lahir dari articulator tengah lidah yang disertai hembusan nafas kecil.
MURDHANYA adalah suara vocal atau konsonan yang dihasilkan dengan mendekatkan lidah kepada langit-langit keras (murdha atau ceberum). Terdiri atas : ta, da, na, re.
DANTYA adalah suara vocal atau konsonan yang dihasilkan dengan menyentuhkan ujung lidah kepada lengkung kaki gigi atas ( dental atau danta ). Terdiri atas : ta, tha, da, dha, na, la.
OSTHYA adalah suara vocal atau konsonan yang dihasilkan dengan mendekatkan kedua bibir ( labial atau ostha ). Terdiri atas : u, pa, pha, ba, bha, ma. Osthya juga disebut aksra Maharaprana yaitu aksara yang mendapat hembusan nafas besar.
ARDHASWARA adalah bunyi setengah vocal dan setengah konsonan ( semivokal atau antyaswara). Tersiri atas : ya, ra, la, wa.
USNA adalah bunyi desis ( sibilant atau asthiswara). Terdiri atas : ça, sha, sa .
WISARGA adalah bunyi yang terjadi dengan adanya hembusan nafas serta tidak memiliki daerah artikulasi (aspirat).
GLOTAL STOP adalah bunyi yang dihasilkan dengan jalan menutup rapat hembusan nafas pada rongga mulut.
Dengan adanya lambing bunyi Glotal Stop yaitu (‘/q) maka dapat diketahui bahwa aksara Wyanjana yang dipakai sebagai alat tulis menulis dalam bahasa sasak berjumlah 19. Hal ini pula yang membuktikan bahwa Aksara Jejewan/Sasak menunjukkan cirri tersendiri dalam melambangkan bunyi.
Aksara Murdha
Aksara Wyanjana yang diberi tanda o> tergolong aksara murdha. Menurut Kamus Jawa Kuna-Indonesia karangan L. Mardiwarsito, murdha memiliki dua pengertian yaitu :
Kepala
Langit-langit keras, daerah terjadinya bunyi.
Aksara murdha di Jawa diidentikkan dengan huruf Kapital, berarti mengacu kepada pengertian ” kepala “. yang perlu diketahui, dalam penulisan , aksara murdha tidak selalu berada di awal kata, melainkan bias di tengah atau dibelakang. Namun dalam pengalihan aksara ke huruf latin menjadi capital.
Dalam khaznah naskah lontar Sasak, aksara murdha umumnya hanya terpakai pada naskah lontar Sasak yang berbahasa Jawa ( kawi ) berbeda halnya dengan naskah lontar Sasak yang berbahasa Sasak, tidak mengenal pemakaian aksara murdha.
Yang membedakan aksara Jejawan ( sasak ) dengan aksara Jawa atau Bali adalah bunyi Glotal Stop yang dilambangkan dengan aksara …… .Berdsarkan pengamatan penulis ( red. Argawa ) untuk sementtara ini, aksra Jejawan dalam bahasa Sasak tidak mengenal pemakaian ……. Sebagai aksara Murdha, melainkan sebagai aksara Glotal Stop.
Contoh pemakaian aksara Murdha :




Aksara Rekan
Adalah aksara buatan untuk melambangkan bunyi dalam bahasa Arab. Bentuk aksara Rekan tetap diambil dari aksara carakan yang mirip dengan bunyi dalam bahasa Arab yang dilambangkan dengan membubuhi tanda titik 3 buah di atasnya.

Angka
Bentuk-bentuk angka dalam aksara Jejawan, mulai satuanm puluhan, dan ratusan adalah sebaga berikut :