SELAMAT DATANG DI BLOGER RESMI SEKOLAH DASAR NEGERI 5 KEBON AYU GERUNG KAB. LOMBOK BARAT NTB 83363
PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

“Meningkatkan partisipasi siswa dalam speaking pada pembelajaran Bahasa Inggris melalui Picture Games pada siswa kelas XI MAN 2 Ambon”










HANAFI PELU
197905242002121003

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
BALAI DIKLAT KEAGAMAAN AMBON
2010

PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

“Meningkatkan partisipasi siswa dalam speaking pada pembelajaran Bahasa Inggris melalui Picture Games pada siswa kelas XI MAN 2 Ambon”

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai sekarang pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan adalah fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru (teacher centered) sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar (sudjana 2005). Dominasi guru dalam pembelajaran dengan penekanan pada penguasaan materi (mastery learning) membuat proses pembelajaran menjadi sangat formal. Suasana semacam ini membuat peserta didik menjadi pasif dan gurulah yang semakin aktif, padahal idealnya proses pembelajaran harus melibatkan peserta didik secara aktif. Kenyataan semacam ini membuat proses pembelajaran di kelas menjadi tidak menarik dan membosankan.
Berhadapan dengan kenyataan seperti ini diperlukan sebuah strategi pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa, yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi pembelajaran yang mendorong siswa mengkontruksikan di benak mereka sendiri. Dalam proses belajar, siswa belajar dari pengalaman sendiri, mengkonstruksi pengetahuan kemudian memberi makna pada pengetahuan tersebut. Dengan pembelajaran speaking melalui strategi pembelajaran picture games siswa dapat terlibat secara aktif speaking dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan speaking pada pembelajaran Bahasa Inggris melalui Picture Games pada siswa kelas XI MAN 2 Ambon.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas maka, penulis membatasi penelitian pada masalah bagaimana Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan speaking pada pembelajaran Bahasa Inggris melalui Picture Games pada siswa kelas XI MAN 2 Ambon?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dari tulisan ini adalah, untuk mengetahui partisipasi siswa dalam speaking dengan menggunakan Picture Games pada pembelajaran Bahasa Inggris pada siswa kelas XI MAN 2 Ambon.
D. Kontribusi/Manfaat Penelitian
a. Siswa : Siswa berpartisipasi dalam belajar Bahasa Inggris dengan menggunakan Picture Games.
b. Guru : Dapat menambah wawasan dalam speaking Bahasa Inggris dengan menggunakan Picture Games.
c. Sekolah : Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dengan menambah referensi berBahasa Inggris di perpustakaan.









BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran
Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. (KBBI).
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. (Wikipedia.com)
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
Instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Gagne dan Briggs (1979:3)
Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20). Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction atau “pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan. (Purwadinata, 1967, hal 22). Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa) dan Mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar adalah satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder yang dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara optimal, dan dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha.
1. Belajar
Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang bersifat positif dari tidak tahu menjadi tahu. Sedangkan menurut beberapa ahli mengatakan :
a. Pandangan Skinner tentang belajar
Belajar merupakan suatu prilaku dimana seseorang saat belajar, maka responnya lebih baik, namun sebaliknya apabila tidak belajar maka rensponnya menurun (Damayati dan Mudjiono, 1994 : 8).
b. Pandangan Gagne tentang belajar
Belajar merupakan kegiatan yang kompleks, yang hasil belajarnya merupakan kapabilitas. Setelah belajar seseorang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap, nilai dan kemampuan yang meliputi kondisi eksternal, internal dan hasil belajar (Damayati dan Mudjiono, 1994 : 9).
c. Pandangan Jean Peaget tentang belajar
Belajar merupakan pembentukan pengetahuan oleh individu yang belajar, karena individu tersebut merupakan bagian dari kehidupan yang hidup saling berinteraksi secara terus menerus dengan lingkungan dimana individu tersebut berada (Damayati dan Mudjiono, 1994 : 13).
d. Pandangan Rogers tentang belajar
Pandangan Rogers agak sedikit berbeda dengan yang lain, yaitu Rogers menitik beratkan pendidikan/belajar pada segi pengajaran akan tetapi bukan pada siswa belajar. Hal tersebut menitik beratkan pada peran guru yang dominan dan siswa yang menghafal pelajaran (Damayati dan Mudjiono, 1994 : 15).
Dari beberapa penjelasan dari ahli pendidikan di atas, adapula pendapat para ahli pendidikan yang lainnya, antara lain ; menurut Sofahah Sulistiyawati dengan bukunya yang berjudul “Cara Belajar yang Efisien”, menjelaskan belajar adalah upaya untuk mengerti dan memahami pengetahuan yang dititipkan kepada mereka-mereka yang terlibat dalam proses belajar. Pengertian yang lain dari buku tersebut adalah belajar merupakan suatu usaha mencari ilmu pengetahuan dengan cara mempelajari dari buku-buku, menerima pendidikan dari bangku sekolah atau penelitian-penelitian dan melakukan eksperimental dilaboratorium serta melakukan study pustaka. Jadi belajar merupakan suatu usaha memperoleh ilmu pengetahuan dengan cara membaca, melatih dan mempraktek dari yang tidak tahu menjadi tahu. Dari hasil penjelasan di atas, maka menurut penulis belajar adalah usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang untuk berusaha mencaritahu apa yang belum diketahui untuk menjadi lebih tahu dengan cara membaca, melatih dan mempraktik.
2. Mengajar
Mengajar merupakan suatu pekerjaan yang sangat rumit dikarenakan tidak sekejap menyerap informasi yang disampaikan oleh guru, akan tetapi melibatkan berbagai kegiatan yang harus dilakukan. Tetapi menurut beberapa guru senior dan para ahli yang telah mengabdi sebagai seorang guru, mereka dapat mengatakan bahwa “mengajar adalah seni, kenapa? Karena mengajar merupakan suatu pekerjaan yang sangat amat mulia, dimana dapat mengajar, melatih dan membina anak manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu serta didalam mengajar pula dapat menggunakan berbagai macam variasi, metode dan media sebagai alat proses belajar”.
Dengan demikian apabila belajar mengajar digabungkan menjadi satu kesatuan, maka belajar mengajar mempunyai pengertian, pola umum perbuatan guru dan siswa didalam kelas untuk mencapai tujuan, baik bersifat instruksional maupun pengiring. Dilain sisi belajar mengajar dapat diukur apakah belajar mengajar berhasil atau tidak dapat dilihat interaksi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru terkait dengan pelajaran yang diajarkan.
Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi yang dilakukan antara guru dengan siswa dalam situasi pendidikan atau pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. wujud interaksi pengajaran tersebut dilakukan melalui pendekatan atau metode menghendaki adanya pertimbangan ang kuat atau keunikan dan keragaman siswa. Seorang guru sudah barang tentu dituntut kemampuannya untuk menggunakan berbagai metode mengajar berfariasi. Jadi metode adalah, cara guru menyampaikan model pelaksanaan pembelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.
Suatu metode yang dipilih dan digunakan oleh seorang guru, maka guru tersebut harus siap menerima kelemahan dan keunggulannya, itu merupakan suatu pengajaran yang baik apabila digunakan dengan baik dalam proses belajar mengajar pada setiap kali penyajian bahan pelajaran (Slamet, 1991 : 91). Adapun metode-metode yang akan dilakukan dan digunakan oleh guru adalah, metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, pemberian tugas, demonstrasi, simulasi, eksperimen dan metode inquiri (Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 1998 : 135). Dengan metode-metode di atas, penulis berfikir bahwa tidak semua guru dapat menggunakan semua metode yang ada karena keterbatan waktu yang tersedia.
Menurut J.J. Hasibuan dengan bukunya berjudul “Proses Belajar Mengajar” menjelaskan mengajar merupakan proses penggunaan perangkat ketrampilan secara terpadu dan efisien, dengan demikian komponen-komponen menjadi ilmu pengetahuan, penguasaan teknologi sebagai suatu seni pemilihan nilai (wawasan kependidikan guru) sebagai ketrampilan.
Dengan demikian apabila belajar mengajar digabungkan menjadi satu kesatuan, maka belajar mengajar mempunyai pengertian, pola umum perbuatan guru dan siswa didalam kelas untuk mencapai tujuan, baik bersifat instruksional maupun pengiring. Dilain sisi belajar mengajar dapat diukur apakah belajar mengajar berhasil atau tidak dapat dilihat interaksi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru terkait dengan pelajaran yang diajarkan.
Belajar mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan pengajaran. Belajar mengacu pada apa yang dilakukan oleh siswa, sedangkan mengajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh guru selaku seorang pendidik, pengajar, dan seseorang yang di gugu serta ditiru oleh siswa dalam proses belajar dan mengajar didalam kelas. Kedua kegiatan tersebut merupakan keterpaduan dua unsure dalam suatu keterpihakan hubungan timbal balik atau sering disebut proses interaksi antar siswa-siswa, siswa dan guru pada saat kegiatan proses belajar mengajar berlangsung (Nana Sudjana, 1996 : 8). Kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh seorang guru sangat mempengaruhi belajar siswa, apabila seorang guru mengajar dengan metode menyajikan materi, maka siswa akan belajar dengan cara menerima. Dengan demikian seorang guru apabila hanya mengajar dengan metode penyajian, maka guru yang sangat aktif sedangkan siswa kurang berperan aktif, karena guru tersebut memonopoli seluruh kegiatan pembelajaran tanpa memberikan keluasan dan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif.
Pembelajaran aktif dan efektif juga akan melatih dan menanamkan sikap demokratis unutk siswa, lebih dari itu juga pembelajaran efektif akan menekankan siswa mampu belajar. Melalui kreatifitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru, maka kelas akan menjadi aktif dan menyenangkan, maka dengan hal tersebut perwujudan dari pembelajaran aktif dan efektif akan memberikan kesempatan hidup kepada siswa untuk meningkatkan kecakapan hidup (life skill) siswa sesuai dengan perkembangan jaman (E. Mulyasa, 2002 : 149).
Dalam kenyataannya kebanyakan proses belajar mengajar masih dilakukan secara klasikal, walaupun diketahui ada perbedaan individual dan bahan ajar masih bersifat seragam bagi seluruh siswa dan diharapkan semua siswa untuk belajar dengan kecepatan yang sama. Sedangkan dalam pembelajaran klasikal siswa yang lambat dan cepat tidak dapat disamakan dan mendapatkan perhatian yang sama. Selain itu juga cara mengajar guru dapat mempengaruhi ciri dan karakteristik siswa dalam belajar. Oleh sebab itu kebanyakan siswa mengalami kegagalan dan kurang berhasil karna enggan belajar, benci terhadap pelajaran dan bosan terhadap pelajaran sehingga siswa merasa kesekolah karena keterpaksaan dan berefek negative (Nasution, M. A, 2003 : 23).
Salah satu jalan yang baik dalam proses belajar mengajar adalah guru memberikan pelayanan yang baik terhadap siswa yang sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional. Dalam dunia Pendidikan, seorang guru harus mampu mempengauhi siswa dari berbagai aspek kehidupan, baik itu social, budaya maupun ekonomi. Dalam kehidupan dunia pendidikan seorang guru harus bias bertanggung jawab terhadap hasil belajar anak sebagai siswa (Oemar Hamalik : 33).
B. Speaking
I. Pengertian Speaking
Speaking adalah : Kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekpresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan, suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak, proses individu berkomunikasi dengan lingkungan masyarakat untuk menyatakan diri sebagai anggota masyarakat, ekspresi kreatif yang dapat memanifestasikan kepribadiannya yang tidak sekedar alat mengkomunikasikan ide belaka, tetapi juga alat utama untuk menciptakan dan memformulasikan ide baru, tingkah laku yang dipelajari di Iingkungan keluarga, tetangga, dan lingkungan lainnya disekitar tempatnya hidup sebelum masuk sekolah.

II. Unsur Dasar Speaking
Di dalam kegiatan speaking terdapat lima unsur yang terlibat yaitu:
a. Pembicara
b. Isi pembicaraan
c. Saluran
d. Penyimak, dan
e. Tanggapan penyimak
Terdapat pula delapan konsep dasar speaking,yaitu: membutuhkan paling sedikit dua orang, tentu saja pembicaraan dapat dilakukan oleh satu orang dan hal ini sering terjadi misalnya oleh orang yang sedang mempelajari banyak bunyi-bunyi bahasa serta maknanya atau oleh seseorang yang meninjau kembali peryataan bank-nya atau oleh orang yang memukul ibu jarinya dengan palu. Menggunakan salah satu sandi linguistic yang dipahami bersama, bahkan andai katapun dipergunakan dua bahasa namun sating pengertian, pemahaman bersama itu tidak kurang pentingnya. Menerima atau mengakui satu daerah referensi umum, daerah referensi yang umum mungkin tidak selalu mudah kenal, ditentukan, namun pembicara menerima kecenderungan untuk menentukan satu diantaranya.
Merupakan suatu pertukaran antara partisipan, kedua pihak partisipan yang memberi dan menerima dalam pembicaraan sating bertukar sebagai pembicara dan penyimak. Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan Iingkungan dengan segera. Prilaku lisan sang pembicara selalu berhubungan dengan responsi yang nyata atau yang diharapkan, dan sang penyimak dan sebaliknya. Jadi hubungan itu bersifat timbal balik antara dua arah. Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini. Hanya dengan bantuan berkas grafik material, bahasan dapat luput dan kekirian kesegaran bahwa pita atau berkas itu telah mungkin berbuat demikian, tentu saja merupakan salah satu kenyataan keunggulan budaya manusia. Hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang dengan suara atau bunyi bahasa dan pendengar. Walaupun kegiatan-kegiatan dalam pita audio atau lingual dapat melepaskan gerak visual dan gerak material namun sebaliknya tidak akan terjadi terkecuali pantornim atau gambar, takan ada pada gerakan dan grafik itu yang tidak berdasar dan dan bergantung pada audio lingual dapat speaking terus menerus dengan orang-orang yang tidak kita lihat, dirumah, ditempat bekerja dan dengan telpon percakapan percakapan seperti ini merupakan pembicaraan yang khas dalam bentuknya yang paling asli.

C. Picture Games
Teori permainan pertama kali ditemukan oleh sekelompok ahli Matematika pada tahun 1944. Teori itu dikemukakan oleh John von Neumann and Oskar Morgenstern yang berisi; “Permainan terdiri atas sekumpulan peraturan yang membangun situasi bersaing dari dua sampai beberapa orang atau kelompok dengan memilih strategi yang dibangun untuk memaksimalkan kemenangan sendiri ataupun untuk meminimalkan kemenangan lawan. Peraturan-peraturan menentukan kemungkinan tindakan untuk setiap pemain, sejumlah keterangan diterima setiap pemain sebagai kemajuan bermain, dan sejumlah kemenangan atau kekalahan dalam berbagai situasi.”
( J. Von Neumann and O. Morgenstern, Theory of Games and Economic Behavior (3d ed. 1953)).
Teori permainan adalah suatu cara belajar yang digunakan dalam menganalisa interaksi antara sejumlah pemain maupun perorangan yang menunjukkan strategi-strategi yang rasional.
Menurut Agustinus Nilwan dalam bukunya “Pemrograman Animasi dan Game Profesional” terbitan Elex Media Komputindo, game merupakan permainan komputer yang dibuat dengan teknik dan metode animasi. Jika ingin mendalami pengunaan animasi haruslah memahami pembuatan game. Atau jika ingin membuat game, maka haruslah memahami teknik dan metode animasi, sebab keduanya saling berkaitan.
D. Hipotesis Tindakan
Dari uraian tentang pembelajaran, speaking dan games yang pada dasarnya akan merujuk pada siswa yang berpartisipasi dalam speaking pada pembelajaran bahasa Inggris dengan menggunakan Picture Games. Motivasi siswa akan terbangun jika pembelajaran yang dirancang dengan menggunakan Pictures Games yang deterapkan, dan membuat siswa berpartisipasi aktif speaking dalam pembelajaran bahasa Inggris. Berdasakan uraian tersebut maka diajukan hipotesis tindakan yaitu melalui pembelajaran speaking dalam bahasa Inngris dengan menggunakan Picture Games partisipasi belajar siswa akan meningkat.





BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. SETTING
Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dilaksanakan di kelas XI. MAN 2 Ambon yang berlokasi di Jalan Raya Tulehu, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah. .
B. SASARAN
Variabel yang menjadi sasaran dalam rangka PTK adalah proses speaking dalam pembelajaran bahasa Inggris dengan menggunakan Picture Games. Di samping variable tersebut masih ada beberapa variabel yang lain yaitu :
1. Input: sarana pembelajaran, lingkungan belajar, bahan ajar, guru, siswa, prosedur evaluasi dsb.
2. Proses KBM: Interaksi belajar, gaya guru mengajar, implementasi penggunaan Picture Games.
3. Out put : Partisipasi belajar siswa yang meningkat dalam speaking bahasa Inggris dengan menggunakan Picture Games.
C. Rencana Tindakan
Penelitian Tindakan Kelas ini dimaksudkan untuk mengetahui partisipasi siswa dalam belajar speaking dengan menggunakan Picture Games. Fokusnya adalah siswa kelas XI MAN 2 Ambon.



DAFTAR PUSTAKA